Amsterdam, Kota XXX

Waktu pertama kali keluar dari bandara Schipol, udara Amsterdam terasa lain. Lebih bersih dan sejuk. Bahkan dibandingkan dengan Roma sekalipun. Disini jarang terlihat sepeda motor. Mobil juga yang ada adalah mobil-mobil sekelas Mercedes Benz. Orang-orang banyak yang pake sepeda dan train. Tapi disini seperti di Roma, banyak juga bangunan tua. Namun bedanya adalah kesannya aman dan bukan kota tua. Mungkin karena udaranya yang bersih itu. Sehingga bangunan-bangunan tua itu pun gak banyak tertempel polusi. Dan juga suasananya ga dingin tapi pengap kayak di Roma.....
.
Lambang Kota Amsterdam
.
Sepanjang jalan dari bandara ke hotel, saya masih terbawa suasana kaget waktu di bandara Schipol tadi. Ini mungkin yang dibilang "Culture Schock".:) Setelah dikejutkan dengan mesin kondom di toilet cowok dan banyaknya majalah porno di toko majalah serta kasino di bandara Amsterdam Schipol, tampaknya saya harus siap dengan kejutan apa lagi yang menanti. Hehehe.
.
Di salah satu pojok kanal Keizersgracht, di Amsterdam
.
Amsterdam kota tua dengan banyak kanal membelah kota yang dipenuhi oleh gedung-gedung tua. Stasiun Kereta, Central, tua walau besar tetapi kesan kuno nya terlihat sekali. Kalau kita keluar dari stasiun sekitar 400 meter kemudian belok kearah kiri, maka kita sudah sampai di daerah “lampu merah”.
.
Amsterdam ini memang kayaknya kota paling bebas di Belanda. Sejak kelompok agama/religius apatis dengan pemilu pada dekade tahun 90-an, maka kelompok liberal (dan ultra liberal) makin mendominasi. Aku jadi berfikir bahwa memang perlu kesimbangan dalam politik itu antara kelompok agama (religius dan ultra religius), kelompok liberal (dan ultra liberal), dan sebagai buffer adalah kelompok moderat (termasuk moderat liberal maupun moderat religius dan moderat sekuler).
.
Amsterdam Sex Museum
.
Dampaknya memang terlihat dari produk undang-undang yang dihasilkan parlemen. Munculnya UU Perkawinan Sejenis adalah dampak dari tidak adanya keseimbangan ini. Blum lagi legalisasi tanpa batas atas prostitusi, peredaran mariyuana, dan perjudian. Akibatnya, jaringan bisnis "barang haram" ini berkembang sangat pesat. Misalnya, prostitusi, kamar judi, "warung pintar" yang menjual obat-obatan herbal, dan warung kopi yang secara bebas menyediakan marijuana. Inilah bisnis bagus di Amsterdam.:-0
.

Dampkring, one of Amsterdam's finest coffeeshops,
where the marijunana is in the air and on the menu
.
Bicara soal marijuana saya langsung teringat bau-bau aneh yang menusuk kalo pas lewat cafe-cafe remang-remang itu. Blum lagi warung-warung herbal yang awalnya aku pikir itu warung jual jamu. Hehehe. Klo soal prostitusi, kawasan Red Light tentulah sudah terkenal seluruh dunia. Beserta air mancur (fountain)-nya yang bentuknya porno banget. Kenapa mereka ga pake patung Maneken Pis aja ya....:) Jadi klop banget deh ama bendera dan lambang kotanya yang triple-X itu. Padahal maksud lambang itu bukan begitu.
.
Image porno kota ini makin kentara pada salah satu ikon yang paling umum di Amsterdam adalah bollard (tonggak penambat kapal) yang dikenal sebagai Amsterdammertje (si kecil dari Amsterdam). Ada ribuan ini bollards ini di seluruh kota karena banyak kapal yang berlabuh di sepanjang kanal. Mereka dihiasi lambang Amsterdam, triple-X juga. Padahal maksud dari triple-X itu adalah tiga salib Santo Andrew yang memang berbentu huruf X. Santo Andrew dalam sejarah Gereja memang mati disalib pada kayu berbentuk huruf X. Dan Santo Andrew juga adalah santo pelindung kota Amsterdam pada masa Kristen Katolik mendominasi Belanda, sehingga lambang dan bendera kota Amsterdam selalu ada huruf Triple-X. Kebetulan juga Triple-X itu sesuai dengan bentuk kincir angin yang dulu masih banyak di Amsterdam.
.
Selain hal-hal itu.:) dari sekian banyak kota di Belanda, mungkin yang paling menakjubkan memang Amsterdam. Selain kota ini adalah ibukota negara sesuai konstitusi, Amsterdam juga kota terbesar di Belanda. Kalo kita perhatikan, di kota itu bertebaran bangunan tua atau monumen lainnya yang terpelihara meski fungsinya bisa beragam. Ada sekitar 8.000 monumen yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah Amsterdam. Tak heran jika kota dengan ribuan monumennya ini dijuluki “The Living Museum”. Memang sih, masih kalah ama Roma...
.
Pemerintah Amsterdam sepertinya punya kebijakan khusus yang melindungi segala yang berbau monumen, bukan cuma bangunan tua tapi termasuk wilayah Amsterdam, ya, pemandangan, kanal, dan struktur kota itu sendiri. Semua bangunan bisa berfungsi apa saja asalkan diperlakukan sesuai dengan peraturan yang dibuat, baik oleh pemerintah pusat maupun lokal.
.
Pantas saja kalo kita melihat bangunan tua di sana yang berfungsi tak hanya sebagai museum tapi juga sebagai hotel, toko dan mall, apartemen, sekolah, perkantoran, restoran, atau tempat hiburan seperti bar, kafe, bahkan tempat prostistusi.:-0
.
Sesuai namanya, Amsterdam berarti bendungan (dam) di sungai Amstel. Ada bendungan tentulah ada kanal. Memang, ada empat kanal yang membelah Amsterdam. Waktu saya menyusuri keempat kanal itu, yaitu: Singel, Herengracht (atau Kanal Heren), Keizersgracht, dan Prinsengracht – saya langsung teringat ke pojok kota Jakarta Barat dan Utara. Di wilayah yang disebut “Old Batavia” itu, Belanda ternyata membangun segalanya mirip dengan Amsterdam ini. Tapi sayang, kanal-kanal dan bangunan tua serta kawasan kota tua Jakarta cuma dibiarkan jadi kawasan suram sambil menunggu bangunan tua roboh semua. Mudah-mudahan kebijakan revitalisasi kota tua Jakarta yang dulu sempat digagas dan diprakarsai Aurora Tambunan itu terus berlanjut. Aku baru sadar kalo gagasan itu bagus banget!
.
Kincir Angin De Bloem di Amsterdam
.
Inilah contohnya. Amsterdam boleh bangga karena jadi salah satu kota yang punya bangunan penting bersejarah yang sama sekali belum tersentuh tangan-tangan jahil atau bahkan dirobohkan. Pelestarian bangunan dan lingkungan tua itu menghasilkan ribuan pelancong yang datang ke kota ini untuk berwisata sejarah.
.
Amsterdam Urinal, ada yang mau nyoba? :-)
.
Oh ya, ada hal aneh yang aku lihat di Amsterdam ini, yaitu Amsterdam Urinal. Toilet umum tempat buang air kecil khusus cowok yang agak terbuka. Tempatnya selalu di tempat rame. Kayaknya mereka gak risih tuh. Aku cuma lihat dari jauh saja. Dan memang jarang orang pake itu. Sepertinya Amsterdam Urinal itu khusus buat orang kefefet aja kali ya...:)
.
Selain itu, ada lagi yang menarik perhatianku. Rumah-rumah disini dari jaman dahulu sudah cenderung berbentuk ruko yang sempit. Di bagian bawah toko dan di bagian atas sebagai tempat tinggal. Tapi sempitnya itu lho. Paling ada empat sampai lima meter lebarnya. Tangganya sempit banget dan biasanya berada di bagian depan. Aku sempat berfikir juga bagaimana mereka membawa kursi sofa ya... Tapi setelah aku perhatikan lama-lama bentuk ruko itu, aku dapat jawabannya.:)
.
Ternyata bentuk ruko di Amsterdam rata-rata condong/miring ke depan dengan ujung atasnya paling jauh sudut kemiringannya. Trus di bagian atas itu ada besi berpengait dan ada katrolnya. Selain itu, jendela ruko di bagian atas biasanya besar-besar. Jadi, sofa tadi bisa dikerek ke atas pake katrol yang dikaitkan di atas bangunan ruko tersebut. Lalu setelah posisinya pas di depan jendela atas maka langsung deh bisa ditarik ke dalam ruko itu. Hehehe.
.
.

by Sahat Parlindungan Simarmata - www.sahatsimarmata.com
.
Cetak halaman ini (Print this page) ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Profile Visitor Map - Click to view visits

Buku Tamu (Guestbook) :